Partai Republik juga mengajukan keberatan dengan perolehan suara elektoral di Arizona, Nevada, dan Michigan, namun mosi tersebut gagal sebelum diperdebatkan.
Mengutip CNN, pengukuhan kemenangan Biden dalam perolehan suara elektoral terjadi setelah massa pro-Trump melakukan kekacauan di Capitol Hill.
Massa yang sempat menguasai Capitol Hill membuat proses penghitungan suara elektoral dihentikan selama beberapa jam.
Dalam perhitungan suara akhir, Biden mengantongi suara elektoral sebanyak 306, jauh melampaui ambang batas suara maksimal 270. Sementara rivalnya, Trump hanya mengantongi 232 suara elektoral.
Diberitakan sebelumnya demo pendukung Donald Trump saat kongres melakukan proses pengesahan kemenangan Joe Biden di Piplres AS berlangsung ricuh. Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa yang rusuh di Gedung Capitol, Washington DC.
Dilansir dari Reuters, massa perusuh membalikkan barikade dan bentrok dengan polisi saat mencoba masuk ke dalam gedung Capitol AS. Berdar informasi bentrok itu menelan satu korban jiwa.
Aparat kepolisian setempat mendorong para perusuh keluar dari Gedung Capitol menggunakan granat kejut atau flashbang.
Tidak hanya itu, sejumlah anggota parlemen bertepuk tangan ketika otoritas keamanan Gedung Capitol menyampaikan insiden di halaman gedung parlemen AS tersebut. Bahkan, muncul teriakan "Kami ingin Trump" di koridor gedung. Selanjutnya seluruh anggota kongres dan senat diungsikan ke tempat khusus.
Kerusuhan bermula ketika massa pendukung Trump menggelar demonstrasi di depan Gedung Kongres Capitol Hill ketika tengah melangsungkan penghitungan pemungutan suara elektoral (electoral vote) pemilu pada Rabu pukul 13.00 siang waktu setempat. Massa pendukung Trump menerobos penghalang yang dipasang kepolisian di sepanjang kompleks Capitol Hill.
Kepolisian Washington D.C, Amerika Serikat, melaporkan setidaknya empat orang tewas dan setidaknya 52 orang ditangkap dalam kerusuhan di Capitol Hill.
Donald Trump tengah jadi perbincangan panas di seluruh belahan dunia manapun. Kericuhan tersebut diduga di dalangi oleh Donald Trump sendiri yang koar-koar di media sosial. Misalnya, saat ini Twitter juga telah memblokir beberapa postingan Trump agar tidak dibagikan, dengan alasan "risiko kekerasan", Kamis (7/1/2021).
Dalam video yang dia bagikan di media sosial, Trump mendesak para pendukungnya untuk 'pulang'. Tetapi dia juga memberikan legitimasi pada kebohongan yang memicu upaya kerusuhan, menyebut pemilu tersebut 'dicuri' dan memberi tahu massa yang marah, 'kami cinta kamu'.
Ketika para pendukungnya berkumpul memprotes pengesahan hasil pemilu 3 November, Trump dalam tweet-nya menuduh Wakil Presiden Mike Pence kurang 'keberanian untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan'.
Twitter telah mengunci akun Presiden AS Donald Trump selama 12 jam setelah ngetweet yang memberikan dukungan pada aksi kekerasan di Gedung Capitol, Washington.
Selain Twitter, Facebook dan YouTube juga telah menghapus sebuah kiriman video dari akun Trump di mana dia memuji para pengunjuk rasa.sin