Hal ini dipicu dengan menurunnya jumlah usulan proposal pengabdian dan riset dari Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia.
Data kementerian mencatat, jumlah proposal yang masuk mengalami penurunan. Tahun lalu, jumlah proposal yang masuk mencapai 16.000 dengan berbagai latar belakang persoalan. Namun, jumlah tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan, ada sekitar 12.000 proposal yang masuk di meja kementerian.
“Ada penurunan jumlah proposal yang masuk, tahun lalu 16.000 proposal sekarang diperkirakan hanya 12.000,” kata Prof Ocky Karna Radjasa, Direktur Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat Kemenristekdikti RI di sela Konferensi Nasional ke-5 Pengabdian kepada Masyarakat dan Corporate Social Resonsibility (PkM-CSR 2019) di Universitas Wijaya Putra Surabaya.
Fakta ini membuat kementerian prihatin, menurutnya, kementerian meminta supaya dosen meningkatkan keinginan membuat proposal pengabdian maupun riset. Dengan begitu, pengabdian yang dilakukan dosen ditengah masyarakat bakal semakin banyak. Apalagi, pemerintah telah menganggarkan anggaran pengabdian sebesar Rp150 miliar dan anggaran riset senilai Rp1,4 triliun.
“Kami sadar jumlah dana pengabdian menurun, tahun lalu sekitar Rp250 miliar tahun ini menjadi Rp150 miliar. Namun sebagai dosen, pengabdian masyarakat harus ditingkatkan secara terus menerus,” ujarnya.
Ocky mengakui, ada persoalan yang membuat jumlah proposal pengabdian mengalami penurunan dikalangan dosen. Salah satunya adalah proses pelaporan kegiatan yang terkesan sulit, selain itu dosen yang melaksanakan kegiatan juga tidak diperkenankan mendapatkan honor. Padahal, mereka telah bekerja dan mengeluarkan keringat dalam mengawal pengabdian.
“Kami sudah mengusulkan supaya dosen yang membuat proposal diperkenankan mendapatkan honor. Aturan sudah kami serahkan, semoga semua berjalan dengan baik,” terang dia.
Sementara itu, Rektor Universitas Wijaya Putra (UWP) Surabaya, Budi Endarto mengatakan pihaknya mengambut baik konferensi nasional ke-5 pengabdian masyarakat ini. Menurutnya, acara ini dijadikan sebagai pemacu supaya dosen-dosen mengembangkan proposal penelitan dan pengabdian masyarakat.
“Kami yakin dosen-dosen akan berupaya mengembangkan pengabdian dan penelitiannya,” katanya.
Budi mengaku, dikampusnya usulan pengabdian dan penelitian berjalan dengan baik. Bahkan, ada dosen yang mengawal area lokalisasi menjadi lebih baik. Dosen-dosen ini mencitrakan area lokalisasi ke arah yang lebih baik. “Saya ambil contoh misalnya di wisma barbara yang dulu terkenal di doly, sekarang sudah berubah sebagai lokasi UMKM. Inikan baik, citranya berubah,” ujar dia.
Selain itu, lanjut dia, dosen juga akan melakukan penelitan dan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan daerahnya. Misalnya area Surabaya Barat, dosen akan mencari lokasi-lokasi pengembangan potensi yang berda di daerah tersebut. “Ada legen, ada sandal dari pelepah, ada batik. Banyak sekali potensi yang berada di area Barat, itupun tidak habis-habis,” terang Budi.(arif)