Pertama, dalam mutasi ini terlihat bahwa Sigit makin mengukuhkan kekuatan Geng Solo di tubuh Polri. Orang-orang "dekat" Jokowi makin memperkuat posisinya di tubuh kepolisian. Setelah menjadi Kapolri, saat ini orang dekat keluarga Jokowi dipercaya memegang posisi Kabareskrim. Yakni Komjen Agus digeser dari Kabaharkam ke Kabareskrim.
Tak hanya itu, Ketua Presidium IPW, Neta S Pane menilai, Irjen Nana yang pernah terdepak sebagai Kapolda Metro Jaya di era Kapolri Idham Azis, kini kembali mendapat posisi sebagai Kapolda Sulut.
"Ini agak aneh, sebab posisi Nana turun "derajat", dari Kapolda Metro Jaya menjadi Kapolda Sulut," ujar Neta di Jakarta, melalui rilis kepada Realita.co, Jumat (19/2/2020).
Kedua, dalam mutasi ini, "orang orang BG" belum terlihat bergerak masuk ke dalam posisi strategis di era Sigit. Ketiga, begitu juga orang-orang Idham Azis dan Tito, dalam mutasi Kamis lalu masih bertahan di posisi semula. Belum bergeser ke posisi strategis atau terdepak dari posisinya.
Keempat, yang menarik dalam mutasi pertama era Sigit, posisi Sestama Lemhanas masih dibiarkan kosong.
"Sepertinya Sigit masih mencari figur tepat yag akan digeser ke sana. Apakah geng Solo akan masuk kesana kita tunggu," Neta menambahkan.
Kelima, ketua tim pembuat naskah uji kepatutan Sigit di komisi III yakni Irjen Wahyu Widada masih belum mendapat tempat. Ia belum bergeser dari posisinya sebagai Kapolda Aceh.
"Belum jelas, kenapa Wahyu belum mendapat tempat, sementara cukup banyak figur figur yang "tak berkeringat" dalam suksesi Kapolri Sigit, dalam mutasi ini sudah mendapat tempat strategis," kata Neta.
Keenam, mutasi pertama Kapolri Sigit ini berhasil mereposisi Kabaintelkam, yang semula dipegang mantan ajudan Presiden SBY, Komjen Rycko diserahkan kepada Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpau dan baru kali ini putra Papua mendapat bintang tiga di Polri.
"Terjadinya kerumunan massa dalam kepulangan Habib Riziq maupun kasus penembakan laskar FPI di Tol Cikampek tak terlepas dari kelemahan deteksi dini dan antisipasi Baintelkam, sehingga reposisi di Baintelkam polri menjadi sebuah kewajaran dilakukan," sambung Neta lagi.
IPW menilai, Sigit sangat sulit untuk melakukan mutasi maksimal di tubuh Polri, terutama dalam mencapai konsep presisi yang dicanangkannya saat uji kepatutan di DPR. Sebab gerbong mutasi yang bisa dilakukan Sigit hanya sebatas pada bintang dua ke bawah.
Sedangkan mutasi di posisi bintang tiga hanya ada dua tempat yg kosong, yakni Kabareskrim dan Sestama Lemhanas. Selebihnya, posisi lainnya masih dijabat oleh jenderal bintang tiga yang masa dinasnya masih lama, yakni dua tahun lagi. Sehingga perputaran mutasi dari bintang dua ke posisi bintang tiga sangat terbatas dan cenderung stagnan hingga dua tahun ke depan.
Kondisi ini tentunya membuat Sigit kesulitan dalam menggerakkan gerbong mutasi dengan maksimal dan dampaknya organisasi Polri akan stagnan hingga dua tahun ke depan, apalagi Sigit sendiri baru pensiun di thn 2027. Bagaimana pun ini menjadi dilema dalam dinamika polri ke depan.
Di sisi lain, sebagai Kabareskrim baru tugas Agus tak kalah cukup berat karena masalah dalam dinamika masyarakat setahun setelah pandemi Covid cukup berat. Kebangkrutan sosial, PHK, pengangguran menganga di depan mata yang otomatis akan memicu angka kriminalitas. Disisi lain wabah narkoba sudah merebak kemana-mana, termasuk ke internal polri. Tak kalah pelik, polri msh punya utang kasus berat, diantaranya kasus penembakan laskar FPI di tol Cikampek dan pembakaran gereja serta pembunuhan sekeluarga di Sigi Sulteng.
"Kasus-kasus ini harus segera diselesaikan agar tidak menjadi api dalam sekam bagi masyarakat," pungkas Neta. Beb