Mereka memprotes biaya wisuda daring yang dinilai terlalu mahal.
Sejumlah mahasiswa semester akhir menuntut kebijakan kampus yang dinilai tak berpihak ke mahasiswa, atas kebijakan pembayaran wisuda daring yang dirasa kemahalan.
Korlap aksi, Junaidi mengatakan, kebijakan kampus yang membebankan biaya wisuda sebesar Rp750.000 per mahasiswa dirasa di luar kewajaran, sebab fasilitas yang diberikan dalam wisuda daring tidak jelas.
“Kami menolak biaya wisuda daring, karena biaya itu terlalu mahal,” kata Junaidi dalam orasinya.
Menurutnya, para mahasiswa yang akan diwisuda merasa keberatan dengan biaya wisuda daring tersebut. Apalagi, saat ini masih dalam kondisi pandemi Covid-19. Terlebih kebanyakan orang tua calon wisudawan/wisudawati berlatar belakang petani yang penghasilannya tidak seberapa.
“Kami siap membayar Rp750.000, tapi pelaksanaan wisuda harus luring,” ujarnya.
Selain menolak wisuda daring, mahasiswa juga meminta pihak kampus untuk transparan dalam anggaran pengelolaan wisuda. “Kami minta pengelola transparan dalam mengelola anggaran wisuda,” tegasnya.
Sementara pihak Kampus Universitas Wiraraja Sumenep tetap bersikukuh dengan keputusan membebankan biaya kepada calon wisudawan/wisudawati sebesar Rp750.000 sesuai surat edaran yang dikeluarkan oleh kampus.
“Diperbolehkan kepada calon wisudawan yang tidak mau wisuda tahun ini, wisuda tahun depan,” kata Wakil Rektor I Universitas Wiraraja Sumenep, Mujib Hannan, saat menemui mahasiswa.haz