Serangan itu diketahui terjadi pada Jumat pekan lalu.
Gubernur Negara Bagian Katsina, Aminu Masari menuturkan, Sekolah Menengah Sains Pemerintah yang terletak di wilayah Kankara memiliki total 839 siswa. Dia menyebut, siswa yang belajar di sekolah asrama itu berasal bukan hanya dari Katsina, tapi juga dari negara bagian lain.
“Berdasarkan catatan yang kami miliki, kami masih mencari 333 siswa, baik melalui hutan maupun orang tua mereka untuk memastikan jumlah sebenarnya yang telah diculik,” kata Masari dalam sebuah pernyataan.
"Kami masih menghitung karena lebih banyak yang keluar dari hutan dan kami menelepon melalui nomor orang tua yang memiliki nomor telepon untuk mengetahui apakah anak-anak mereka sudah pulang atau tidak," sambungnya, seperti dilansir Xinhua pada Senin (14/12/2020).
Dia kemudian mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab, atau menghubungi pemerintah untuk meminta tebusan.
Masari sendiri telah memerintahkan penutupan segera semua sekolah menengah asrama di negara bagian itu. Dia memohon kepada masyarakat untuk bersabar dan menunjukkan pengendalian diri serta pengertian, meyakinkan mereka bahwa pemerintah akan melakukan segala hal yang diperlukan untuk memastikan pembebasan siswa yang diculik.
Dia mengatakan agen keamanan telah bertindak dan memburu para pelaku penyerangan sekolah tersebut.xin