Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifudin memperkirakan lonjakan harga kedelai adalah akibat dari meredanya ketegangan antara Amerika Serikat dan Cina.
Saat perang dagang kedua negara memanas, harga kedelai impor turun ke level Rp 6.000 per kilogram. Kini setelah mereda, naik menjadi Rp 9.000 karena permintaan di Cina meningkat. Kementerian Perdagangan membenarkan hal ini.
"Permintaan kedelai Cina naik dua kali lipat," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Suhanto.
Selama ini, sebagian besar dari kebutuhan kedelai Indonesia memang dipenuhi dari impor. Para perajin tahu tempe bukannya tidak ingin membeli kedelai lokal. Tapi Masalahnya, harganya belum kompetitif.
Kedelai impor bisa sampai ke Indonesia dengan harga sekitar Rp 6.500. Petani lokal juga menjual dengan harga Rp 6.500. Tapi ini harga ladang. Setelah diangkut ke perajin, lebih mahal.
Syarifudin berharap para petani kedelai lokal ini bisa terus diberdayakan. Harga jualnya dikelola agar tidak kalah bersaing dengan kedelai impor. "Para perajin jadi enak," kata dia.
Akibat kenaikan ini, keberadaan tahu dan tempe sangat langka di pasaran. "Sangat susah mendapatkan tahu dan tempe di sini dalam dua hari terakhir,"kata Rudi, pelanggan setia Pasar Keputran Surabaya, Minggu (3/1/2021) pagi.emo