Orang tua siswa tidak boleh mengorbankan anak karena terpaku sekolah negeri, karena sekolah swasta juga memiliki kualitas sama dengan negeri.
Fakta tersebut ditunjukan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada di Surabaya. Di Kota Pahlawan ini, kualitas sekolah-sekolah swasta tidak kalah dengan negeri. Mereka juga menyediakan program-program unggulan untuk meningkatkan kualitas kerampilan siswa.
“Kami memiliki program unggulan yang bisa meningkatkan ketrampilan siswa. Ada ekstra karawitan, juga ada multimedia yang bisa mewadahi broadcasting serta jurnalistik. Kami yakin sekolah ini (SMK Ketintang) memberikan warna berbeda dalam pendidikan di Surabaya,” kata Kepala SMK Ketintang Surabaya, Agung Nugroho.
Untuk meningkatkan ketrampilan siswa, Agung mengaku telah menetapkan pagu siswa tahun ajaran baru 2019 ini sebanyak 540 siswa. Dengan begitu, siswa yang keluar SMK Ketintang ini bakal memiliki ketrampilan khusus yang dibutuhkan tenaga kerja di perusahaan maupun menjadi entrepreneur.
Namun tahun ini ungkap dia, ada perbedaan fenomena yang terjadi dari tahun lalu. Jika tahun lalu dengan model penerimaan siswa menggunakan NEM atau nilai tertinggi, jumlah pagu sudah terisi. Saat ini, jumlah siswa masih melambat, pagu sebanyak 540 siswa baru terisi 58 persen.
"Menurun jauh dibanding tahun lalu sekitar 32 persen.Bahkan tahun lalu di bulan Juni sudah habis formulirnya, sementara sekarang dari 750 formulir baru 403 yang keluar,"urainya.
Agung menduga penurunan siswa yang ada di sekolah swasta merupakan imbas adanya penerapan PPDB zonasi pada tahun ini. Pasalnya, sekolah SMK swasta di Surabaya juga mengalami imbas serupa.
"Sebagai dampak PPDB zonasi, juga program tistas Pemerintah Provinsi," ujarnya.
Dampak zonasi yang dirasakan sekolahnya adalah jika tahun-tahun sebelumnya, siswa yang punya NEM tidak terlalu tinggi akan memilih ke sekolahnya. Namun saat ini, karena yang diukur adalah jarak, maka siswa yang jarak rumah ke sekolah dekat diterima di sekolah negeri.
Dia menyatakan, jika diukur dari segi biaya, antara sekolah negeri dan swasta tak jauh berbeda. Pun demikian dengan kualitas. Sekolah swasta, kata Agung, mempunyai kualitas yang tak kalah dari sekolah negeri.
"Tapi kami masih optimis. Kami berharap bisa terpenuhi walau satu rombel," ujarnya.
Kepala Sekolah (MKKS) SMK swasta Kota Surabaya, Sugeng menjelaskan biasanya menjelang masuk sekolah pagu di SMK swasta sudah terpenuhi. Hanya saja pihaknya masih heran dengan jadwal PPDB SMA/SMK negeri yang jadwalnya maju tiga minggu dibandingkan tahun lalu tetapi jumlah pendaftar di SMK swasta belum tercukupi.
"Di sekolah saya saja baru terisi 70 persen. Nanti akan kami kumpulkan data seluruh SMK dan kkomunikasi dengan cabang dinas, beserta SMK dan SMA negeri untuk solusinya,"urainya.
Ia melanjutkan, komunikasi bersama sebelum PPDB SMA/SMK negeri bahwa tidak ada penambahan kuota untuk PPDB setelah zonasi reguler."Kalau memang tidak ada pemenuhan pagu kok sekolah swasta masih belum terpenuhi. Bisa jadi orang tua memang belum mendaftar karena mungkin ini masih tanggal tua, semoga dalam minggu depan banyak yang masuk ke smk/sma swasta," jelas Kepala SMK Wijaya Putra Surabaya ini.(arif)