Mereka mendatangi RW III Semolowaru, Surabaya untuk melihat kelayakan kampung yang layak pendidikan.
Tim yang turun secara langsung terdiri dari empat orang, mereka adalah Rendra, Nurlaili, Indah, dan Wahyu. Mereka secara khusus datang untuk melihat kampung yang benar-benar layak menyandang sebagai kampung pendidikan. Hingga saat ini, ada 21 kampung yang telah didatangi tim ini, mereka memantau pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan. Tim ini juga melihat data faktual untuk melihat proses administrasinya.
“Kami melihat faktanya kemudian data-data pelaksanaan kegiatan. Misalnya ada kegiatan, tanggal berapa dilaksanakan. Itu harus tertulis jelas supaya kita bisa menilainya,” kata Rendra Oktovian di RW III Semolowaru, Surabaya.
Rendra mengatakan, banyak kreteria dalam penilaian, peserta sebenarnya sudah mengetahuinya karena pernah dipaparkan dalam pertemuan. Diantara yang menjadi ukuran dalam menentukan pemenang bukan hanya out put berupa prodak. Namun proses untuk mendapatkan out put menjadi hal yang paling penting.
“Bolak-balik saya katanya, keterlibatan anak menjadi sangat penting. Artinya ada anak yang terlibat secara keseluruhan, mulai PAUD, TK, SD, SMP, dan SMA. Itu harus ada,” terangnya.
Fakta dilapangan, ungkap Rendra, peserta menyebutkan ada prosesnya tetapi setelah ditanyakan, mereka mengaku kalau anak-anak masih sekolah. Alasan tersebut pun benar, tetapi kampung tersebut harus mampu membuktikan secara administrasi kalau didaerahnya telah terjadi aktivitas pendidikan dengan menunjukan absensi, kemudian tanggal pelaksanaan.
“Kalau ini dipenuhi kan bisa menjadi catatan kami, ternyata ada pelaksanaan kegiatan,” tutur Rendra.
Sementara Wakil Ketua RW III Semolowaru Surabaya, Puryanto mengaku sangat senang atas kedatangan tim penilaian KP-KAS. Ia menuturkan, kampung yang ada didaerahnya ini benar-benar kampung kreatif dan layak dijadikan kampung literasi. Fakta ini terlihat dengan keinginan warga yang selalu berinovasi dalam membuat karya, mulai pemanfaatan kotoran, lahan, hingga bahan-bahan bekas menjadi lampion.
“Kami juga memiliki perpustakaan untuk anak-anak. Semua ada disini, dan kami swadaya untuk semua produk-produk yang ada,” katanya.(arif)